
Bermula dari garis kebimbangan dalam masing-masing benak Kami bertiga untuk mengambil kepastian kemana akan melangkah. Namun, sedikit cahaya kecil menerobos masuk di tengah gelapnya imajinasi kami yang sedang memperhitungkan banyak kemungkinan. Setiap qadha’ itu pasti memiliki qadar, sehingga keputusan akhir kami memutuskan untuk menerjunkan kami dalam masalah pemahaman Alquran (Fahmil) secara bertim. Mulai dari sinilah muncul satu persatu benang merah tentang perjalanan kami menuju Olimpiade Muhammadiyah berprestasi nasional 2025, bidang musabaqah Fahmil Quran.
Banyak kenangan-kenangan baru yang terukir dalam prasasti kehidupan kami. Mulai dari kenangan manis hingga yang kurang berkenan dalam hati. Mengunyah banyak materi yang akan diujikan, cara berkomunikasi tanpa miskomunikasi, hingga strategi untuk menyatukan tiga perbedaan opini yang ada. Itulah garis besar perjalanan Kami bertiga. Garis yang Menandai lelah dan letih kami sekaligus di dalamnya dalam menempa. Tapi Tuhan tahu jasad dan akal kami lelah karena lillah sehingga sang Khaliq mengizinkan kami menjadi finalis sekaligus juara di strata nasional di bawah naungan MTs Muhammadiyah Kudus.
Perjuangan sebenar Kami adalah saat di mana kami harus selalu mengecap kembali sulitnya meluruskan niat, untuk apa dan siapakah kami berjuang? Di mana pilihan memaklumi sifat terbatas, maka hanya ada dua pilihan, Allah atau dunia? Tiap-tiap kalian adalah Mujahid, maka berjuanglah engkau dalam naungan Allah dan Rasul-Nya. Janganlah engkau bosan menuntut ilmu! Atau ilmu lah yang akan menuntutmu. Ingatlah pula bahwa seorang Mujahid hanya akan merasakan kematian satu kali, sedangkan seorang pemalas akan merasakan ribuan kematian. Maka… Semangatlah Mujahid! Hingga engkau berpulang ke Rafiqul – A’la.
(Oleh Tim Musabaqah Fahmil Quran: Muhammad Fikri Arraihan Al Ansor, Shelena Azizah Sulthanto dan Ratna Queensha Yulianto)