
Oleh: Muhammad Fikri Arraihan Al Ansor (Santri Kelas IX)
Tidak dapat dipungkiri lagi, adalah suatu nikmat dan karunia Allah ‘azza wa jalla yang teramat besar dimana kita dapat kembali bertemu dengan Ramadhan di tahun hijriyah yang ke 1446 ini. Selain itu, sudah mafhum bagi kita ummat Rasulullah SAW, bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh akan keberkahan dan pengampunan. Yang mana, keistimewaan-keistimewaan ini tidak kita temui di bulan-bulan yang lain.
Beberapa keistimewaan akan bulan Ramadhan ini adalah : ditutupnya 7 pintu neraka, serta dilapangkannya 8 pintu surga; di bulan inilah diberikannya karunia yang luar biasa berupa pengampunan atas dosa yang amat sangat besar; selain itu pula, pada bulan ini adalah bulan dimana amal dari seorang muslim akan dilipat gandakan oleh Allah Ta’alaa berkali – kali lipat.
Ada sebuah cerita shahih yang dikutip dari hadist riwayat Ibnu Majah dan Imam Ahmad, bahwa dahulu datang kepada Rasulullah SAW 2 orang dari Bani Bali yang bersaudara untuk menyatakan ke-islaman mereka. Kemudian Rasulullah bersabda “siapakah diantara kalian yang bersedia menjamu tamu kita ini?”, lantas Thalhah Bin Ubaidillah mengangkat tangannya dan menjamu tamu Rasulullah tersebut di rumahnya.
Baiklah, kita sebut sahabat tadi sebagai sahabat A dan sahabat B. Tidak lama kemudian setelah masuk islamnya 2 sahabat tersebut, diadakanlah perang melawan kaum musyrikin, sehingga sahabat “A” gugur sebagai syahid, sedangkan sahabat “B” pulang dengan selamat. Selanjutnya, 40 hari setelah kematian sahabat A, sahabat B meninggal dunia menyusul saudaranya itu.
Hingga pada suatu malam, Thalhah Bin Ubaidillah bermimpi dalam tidurnya, ia melihat bahwa ia berdiri di depan pintu surga. Lantas, hal mengejutkan terjadi, ia melihat sahabat B masuk surga terlebih dahulu, mendahului sahabat A. Thalhah keheranan “mengapa sahabat B terlebih dahulu yang masuk syurga?, bukankah seharusnya sahabat A terlebih dahulu, karena ia adalah syahid…?”. Esok paginya Thalhah menceritakan mimpinya itu kepada Rasulullah SAW. Lantas, apa jawaban Rasulullah?. Rasulullah menjawab “mengapa engkau heran wahai Thalhah, bukankah sahabat B sempat menjumpai Ramadhan sebelum ia meninggal?, sedangkan sahabat A meninggal terlebih dahulu sebelum ia bertemu dengan Ramadhan. Sungguh, puasa dan amal yang dilakukannya di kala Ramadhan telah mengangkat derajatnya, sehingga ia masuk surga lebih dulu, dan selain itu sahabat B telah melaksanakan shalat enam ribu waktu lebih banyak daripada sahabat A…?”.
Demikianlah, sebetapa istimewanya bulan Ramadhan, amal kebaikan dan puasa yang dilakukan pada bulan ini dapat membuat derajat kita membumbung sebegitu tinggi. Bahkan para ulama terdahulu, mereka mempersiapkan diri mereka 6 bulan sebelum Ramadhan, mereka mulai mempersiapkan hafalan mereka, amal mereka dan lain sebagainya hanya untuk menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini, mereka berdoa kepada Allah agar kembali dipertemukan dengan Ramadhan sebelum mereka wafat dan meninggalkan dunia untuk kembali ke hadirat-Nya.
Pembaca rahiimakumullaah. Di bulan Ramadhan ini, seluruh ummat muslim di seluruh belahan dunia diwajibkan untuk melaksanakan ibadah yang spesial, yaitu puasa. Ketauhilah, bahwa ibadah puasa yang disyari’atkan kepada kita ini adalah ibadah puasa yang istimewa. Lantas, apa yang membuat ibadah puasa ini istimewa?. Sesungguhnya Allah ta’alaa berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. [ al baqarah 183 ].
Pada ayat tersebut disebutkan “sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu”, ini adalah bukti bahwa syari’at puasa itu telah diwajibkan atas ummat ummat terdahulu. Dan hendaklah kalian mafhum, bahwa dahulu sistem puasa tidaklah seperti sekarang. Model puasa di zaman dahulu itu, setelah waktu berbuka, maka langsung dilanjutkan puasanya, tidak hanya itu, ummat nabi Musa a.s disyari’atkan untuk berpuasa selama 40 hari lamanya, juga ummat nabi Isa a.s yang diwajibkan atas mereka untuk berpuasa selama 50 hari. Sedangkan ummat muslim, Allah SWT Memberikan dispensasi istimewa, yaitu kita hanya diwajibkan berpuasa selama 30 hari, selain itu kita boleh berbuka selama rentang waktu maghrib hingga shubuh dengan turunnya ayat :
اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّۗ… .
Artinya: Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. [ al baqarah 187 ].
Begitulah kasih sayang dan rahmat Allah ta’alaa terhadap ummat terakhir ini, yaitu ummat Rasulullah muhammad SAW.
Selain itu, ada banyak mutiara hikmah dari ibadah puasa ini yang dapat kita ambil ibrahnya, contohnya di bidang kesehatan; Profesor Yoshinori Ohsumi, seorang pemenang Nobel dalam bidang ilmu fisiologi atau kedokteran, melakukan penelitian terhadap manfaat dan dampak positif dari ibadah puasa ini. Beliau menuturkan bahwa ketika seseorang tidak makan dan minum selama 8 hingga 16 jam, tubuh akan membentuk protein yang disebut Autophagisom.
Autophagisom ini, sejenis sel tubuh, bertugas memakan sel-sel lain yang merugikan seperti sel penyebab kanker, virus, atau bakteri, kemudian mengeluarkannya dari tubuh, dengan cara seperti ini maka penyakit- penyakit berat seperti diabetes, obesitas, dan penyakit jantung dapat dihindari. Dan tentu ini adalah nilai plus yang dapat kita raih dari ibadah puasa di bulan Ramadhan ini.
Satu lagi pesan, sebelum kita mengakhiri artikel kita kali ini; Wahai pembaca rahimakumullah, berlomba-lombalah kalian dalam hal kebaikan di bulan Ramadhan ini, karena belum tentu kita dapat kembali berjumpa dengan bulan ini di tahun-tahun yang akan mendatang, barangkali ini adalah terakhir kali kita berjumpa dengan bulan ini, jadi jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Sungguh, seseorang yang manakala ia menjumpai Ramadhan, namun ia tidak dapat merasakan manisnya iman dan taqwa adalah seseorang yang sangat sangat merugi, baik di dunia maupun di akhirat.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ.
Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh. Al qur’an surah Al a’raf : 199.