Oleh:
Ustadz Miftahul Quran S.Pd.I. (Alumni Pendidikan Ulama’ Tarjih Muhammadiyah – Kepala Asrama Putra Ponpes Muhammadiyah Kudus).
Djangan sekali-kali meninggalkan sedjarah!. Itulah pidato ikonik dari Presiden Soekarno yang disampaikan pada Pidato Kepresidenan tanggal 17 Agustus 1966 yang merupakan pidato terakhir Bung Karno sebegai Presiden RI. Sang Presiden mengisyaratkan kepada generasi penerus bangsa bahwa dalam upaya memajukan Indonesia, tidak akan pernah bisa lepas dari sejarah. Karena dari sejarah kita bisa mengambil pelajaran dan pengalaman yang bisa kita terapkan di masa yang akan datang.
Sebagai generasi penerus Islam, seorang santri juga selayaknya tidak meninggalkan sejarah, khususnya sejarah Islam. Mulai dari sejarah kehidupan Nabi Muhammad seperti perjuangan dakwah Nabi Muhammad, proses turunnya wahyu, perlawanan kafir quraiys dan sebagainya. Sejarah umat yang dimuliakan Allah seperti Ashabul Kahfi. Sejarah kaum yang dibinasakan oleh Allah seperti Kaum ‘Ad dan Kaum Tsamud. Sejarah orang-orang yang diabadikan namanya di dalam al-Quran seperti Imran, Maryan dan Luqman. Sejarah orang-orang yang diadzab oleh Allah seperti Fir’aun, Qarun, Haman.
Allah berfirman dalam QS Yusuf ayat 111 yang artinya Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat). Ayat tersebut menerangkan bahwa sejarah, lebih-lebih sejarah nabi penting untuk dipelajari karena Nabi adalah manusia pilihan Allah untuk menerima wahyu sehingga arah kehidupannya dalam bimbingan Allah SWT. Mulai dari akidah, mu’amalah hingga sosial semua di pandu oleh Allah SWT.
Maka dari itu, mempelajari sejarah Nabi adalah materi yang penting untuk dipelajari khususnya bagi penuntut ilmu. Karena dengan mempelajari sejarah mereka, kita dapat mengikuti jejak langkah mereka dalam menyebarkan dakwah Islamiyah. Kesabaran, keteguhan dan keimanan mereka adalah modal penting untuk keberhasilan risalah Islam. Sebagai seorang santri, hal ini adalah menu utama dalam daftar bacaan untuk menambah pengetahuan sebagai bekal dakwah Islam di masyarakat sekitar.
Salah satu sumber yang valid, yang bisa dijadikan rujukan dalam mempelajari sejarah para Nabi adalah sebuah kitab yang dikarang oleh Imaduddin Abu Fida’ Isma’il bin Katsir al-Quraisy ad-Dimasyqi, atau yang lebih dikenal sebagai Imam Ibnu Katsir. Kitab tersebut berjudul Qashash al-Anbiya’ (Kisah-kisah para Nabi-nabi). Beliau adalah hafidz quran, ahli hadis, ahli fiqih dan salah satu karyanya yang paling dikenal di antara para santri adalah Tafsir al-Quran al-‘Adzhim li Ibni Katsir (Tafsir Ibnu Katsir).
Kitab Qashashu al-Anbiya’ ini bersumber dari al-Quran dan al-Hadis serta kitab ini terbebas secara total dari kisah Israiliyyat (yakni kisah yang bersumber dan kaum Yahudi dan Nashrani). Bagaimana tidak? Sang penulis sendiri adalah seorang hafidz quran dan ahli hadis sehingga seluruh kisah yang terdapat dalam buku tersebut bersumber dari sumber yang terpercaya.
Menariknya, kitab Qashashu al-Anbiya’ hanya mengisahkan sejarah Nabi Adam as hingga Nabi Isa as. Sejarah Nabi Muhammad beliau tulis pada kitab yang lain secara terpisah yang berjudul al-Fushuul fii Siirat ar-Rasuul. Dalam tulisan ini, in sya Allah akan kami sampaikan kisah para Nabi dari kitab Qashashu al-Anbiya’ agar bisa menjadi bacaan yang bermanfaat bagi santri dan khalayak umum. Semoga kita semua mendapatkan ibrah dari belajar kisah agung dari Nabi-nabi Allah yang mulia. Aamiin ya rabbal ’alamin.
One Response
Ditunggu kisah-kisah para Nabinya