Oleh:
Ustadz Miftahul Quran S.Pd.I. (Alumni Pendidikan Ulama’ Tarjih Muhammadiyah – Kepala Asrama Putra Ponpes Muhammadiyah Kudus).
Refrensi: Kitab Qashashu al-Anbiya’.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Qs al-Baqarah ayat 30
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa Adam adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi. Dari Adam (dan pasangannya Hawa) lah lahir keturunan-keturunan yang sangat banyak sampai pada hari ini. Itulah mengapa salah satu penyebutan manusia di dalam al-Quran adalah Bani Adam (anak keturunan Adam).
Makhluk sebelum Adam yang tinggal di bumi
Setelah Allah menyampaikan kehendak-Nya, muncullah pertanyaan dari malaikat, mengapa Allah hendak menciptakan khalifah di bumi?. Menurut para Ulama, pertanyaan malaikat ini bukan pertanyaan sanggahan atau ketidaksepakatan malaikat kepada Allah SWT. Akan tetapi pertanyaan malaikat tersebut untuk mencari tahu dan mengungkap hikmah di balik penciptaan Nabi Adam as. Sehingga para malaikat menyampaikan, jika puncak dari penciptaan khalifah adalah ibadah kepada Allah SWT, maka para malaikatpun senantiasa bertasbih, mensucikan nama Allah SWT dan bertahmid, memuji Allah SWT.
Selain untuk isti’lam, mencari tahu atau mengungkap hikmah mengapa Allah menciptakan khalifah, pertanyaan yang dilontarkan oleh malaikat tidak hanya sekedar pertanyaan. Akan tetapi pertanyaan tersebut berdasarkan atas pengalaman yang terjadi sebelumnya, yakni terdapat makhluk yang telah lebih dulu tinggal di bumi. Pada mulanya, mereka juga diamanahi oleh Allah untuk menjaga bumi, akan tetapi mereka justru berbuat kerusakan dan saling menumpahkan darah.
Abdullah bin Umar bin Khattab (dalam kitab Qashash al-Anbiya’) menyebutkan bahwa jin sudah ada di bumi sejak 2000 tahun sebelum Adam diciptakan. Kemudian para jin tersebut membuat kerusakan dan saling menumpahkan darah hingga Allah SWT mengutus malaiakat untuk memerangi jin yang telah berbuat kerusakan tersebut.
Di dalam al-Quran surat al-Hijr ayat ke 27 juga disebutkan bahwa jin telah diciptkan sebelum Adam:
وَٱلْجَآنَّ خَلَقْنَٰهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ ٱلسَّمُومِ
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas
Pendapat lain juga disampaikan oleh Ibnu Abbas (dalam Tafsir Ibnu Katsir) bahwa makhluk yang pertama kali tinggal di bumi adalah Jin. Akan tetapi mereka berbuat kerusakan di bumi dan saling menumpahkan darah (saling membunuh). Kemudian Allah SWT mengutus Iblis untuk memerangi mereka hingga semenanjung lautan.
Dari pendapat di atas, kita mengetahui bahwa pertanyaan malaikat bukanlah pertanyaan bantahan, akan tetapi pertanyaan malaikat tersebut berdasarkan fakta yang terjadi sebelumnya. Yakni sebelum khalifah diciptakan (Adam), jin sudah lebih dulu tinggal di bumi untuk dijadikan khalifah, akan tetapi mereka justru berbuat kerusakan dan saling membunuh.
Hal ini juga berkaitan dengan makna khalifah itu sendiri. Dalam bahasa arab, kata khalifah berasal dari kata kha-la-fa yang berarti mengganti. Artinya, ketika bangsa jin berbuat kerusakan di bumi dan saling menumpahkan darah, maka Allah akan ganti kepemimpinan mereka dengan makhluk yang lain. Sehingga di dalam Qs al-Baqarah, Allah SWT menyampaikan: hendak menjadikan khalifah, yaitu penguasa yang saling menggantikan peran satu dengan yang lain.
Meskipun malaikat menyampaikan pertanyaan tersebut, akan tetapi Allah adalah Yang Maha Tahu. Sehingga pada akhirnya, Allah SWT tetap akan menciptakan Adam sebagai khalifah di bumi.
Proses Penciptaan Nabi Adam as
Pada proses penciptaan Nabi Adam, Allah SWT menyebutnya dengan kalimat ba-sya-ra. Basyara merupakan salah satu arti dari manusia jika dilihat dari sisi proses penciptaannya. Allah SWT berfirman dalam Qs al-Hijr ayat ke 28:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى خَٰلِقٌۢ بَشَرًا
Setelah itu, Allah SWT menciptakan Nabi Adam dari hamȃim masnȗn (tanah liat yang hitam, dalam Qs al-Hijr ayat 28), kemudian dari tanah liat ini diberi bentuk menjadi shȃlshȃlin (tanah kering yang berbentuk, dalam Qs al-hir ayat 28 dan Qs ar-Rahman ayat 14). Setelah sempurna bentuk dari tanah tersebut maka Allah SWT meniupkan ruh di dalamnya:
فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku. Al-Hijr ayat 29.
Karena Nabi Adam adalah menusia pertama, maka proses penciptaannya langsung dari Allah SWT dengan firman-Nya yang sangat popular jadi, maka jadilah.
إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ ٱللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَ ۖ خَلَقَهُۥ مِن تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.
[bersambung]